Datangnya wabah pandemic berupa virus Corona tiba-tiba membuat dunia seolah melambat, yang mengharuskan semua menyesuaikan dengan pola hidup baru. Mau tidak mau, semua orang akan memasuki tatanan dan sistem dunia yang berbeda, selama pandemi dan pasca Covid-19. Begitu juga dengan dunia pendidikan, harus menyesuaikan ritme yang baru dari dampak Covid-19 yang lebih adaptif dengan zamannya. Untuk mengurangi persebaran virus Covid-19, pemerintah membuat kebijakan physical distanting, yang di antaranya kebijakan belajar dari rumah. Pendidik dan siswa serta orang tua, berinteraksi melalui teknologi. Pendidikan berbasis E-learning menjadi strategi baru dalam proses belajar mengajar. Semua orang dipaksa bergerak cepat, menyesuaikan tantangan zaman, memaksimalkan teknologi dan kreativitas.
Untuk mendukung kebijakan Merdeka Belajar dan guru penggerak yang digulirkan Kementrian Pendidikan Republik Indonesia, Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemdikbud menyiapkan strategi dan road map dalam jangka waktu pendek dan menengah. Pada jangka waktu pendek selama tahun 2020 ini, Pusdatin Kemdikbud mendorong program-program yang terbagi dalam empat level: (1) level literasi, (2) level implementasi, (3) level kreasi dan (4) level berbagi. Dalam empat level ini, para pendidik diupayakan mengenali teknologi informasi pada penguasaan konten, penyiapan implementasi, hingga memproduksi konten mandiri yang bisa dibagikan ke komunitas pendidik, siswa dan orang tua. Pusdatin mendorong pendidik agar menjadi penggerak dengan menggunakan teknologi informasi, sekaligus menginspirasi para siswa.
Pada proses jangka panjang, pendidik yang telah menguasai konten, mampu mengoptimasi teknologi pendidikan untuk memproduksi konten-konten pembelajaran yang aplikatif, serta bisa berbagi dengan komunitas yang lebih luas. Dalam hal ini, guru dapat menjadi inspirasi karena menjadi kreator, penggerak sekaligus mau berbagi pengetahuan dan pengalaman pada level yang lebih luas.
Untuk mendukung kebijakan merdeka belajar dan guru penggerak, penulis dalam kapasitas dan pengalaman di Pusdatin Kemendikbud, menyiapkan tiga tahapan penting: Pertama, membangun ekosistem pendidikan berbasis teknologi. Kedua, kolaborasi dengan lintas pihak. Ketiga, pentingnya data. Pada konteks saat ini, penting untuk menggunakan data dan inovasi teknologi sebagai acuan kebijakan, sebagai pola pembelajaran.
Saat ini, peran serta guru selama kebijakan belajar dari rumah (learning From Home) sangatlah penting dalam menentukan kemajuan pendidikan ditengah pandemic virus corona (Covid-19). Guru harus proaktif dan kreatif agar bisa menggelar kegiatan belajar-mengajar sama efektifnya dengan tatap muka. Strateginya harus dipetakan oleh bapak dan ibu guru sehingga tetap subtantif (bermakna) dan menyenangkan. Maka itulah yang kemudian diserahkan dalam bentuk penugasan atau soal saja, dari hasil pengamatan itu artinya untuk mengejar target kurikulum. Ini adalah home learning yang selama ini ada di dalam kelas reguler karena kondisi darurat. Inilah proses transformasi guru dalam pembelajaran reguler (offline) ke tatap muka online yang sangat penting yang harus dipahami.
Terdapat banyak pertanyaan bagaimana kendala guru untuk tetap memberikan pembelajaran yang bermakna bagi pelajar Indonesia ditengah keterbatasan sumber daya manusia dan fasilitas yang memadai. Tantangan lebih besar akan muncul jika kebijakan ini diterapkan di daerah dengan infrastruktur internet dan teknologi yang kurang memadai seperti di desa-desa. Sekolah-sekolah yang tidak memiliki fasilitas pembelajaran online ini akan mengalami kesulitan dalam mengejar ketertinggalan materi pembelajaran. Hal serupa berlaku bagi peserta didik yang kurang memiliki akses terhadap teknologi dan internet. Satu-satunya yang dapat dilakukan adalah memberikan pekerjaan rumah banyak kepada peserta didik, meskipun metode ini tidak semaksimal online learning, dan disetor saat kelas tatap muka kembali digelar. Selain itu, masalah lain yang perlu diperhatikan adalah, para siswa juga akan mengalami kesulitan untuk melakukan konsultasi dengan guru terutama untuk pelajaran yang dianggap membutuhkan penjelasan dan pemahaman yang lebih mendalam.
Adapun solusi dari tantangan program merdeka belajar ditengah pandemic ini adalah: pertama, mari semuanya bersama-sama menyiapkan ekosistem pendidikan berbasis teknologi yang mendukung kreativitas dengan pengadaan pelatihan sederhana secara lokal environment yakni sekolah secara bertahap sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing. Kedua, berkolaborasi dengan sebanyak mungkin pihak yang memiliki visi senada seperti guru serumpun atau kelompok kerja guru pada tingkat sekolah maupun kecamatan. Upaya terakhir adalah mengimplementasikan kebijakan sekolah berbasis data. Hal ini ditujukan untuk mengukur kebutuhan pendidikan siswa dilingkungan sekolah yang selaras dengan kebutuhan kurikulum sesuai jenjang pendidikannya.
Mari bersama-sama secara gotong royong melakukan lompatan kreativitas, kolaborasi untuk kemaslahatan bersama, terutama di tengah pandemi Covid-19 ini. Tantangan pendidikan bukan hanya saat pandemic akan tetapi pasca wabah ini untuk memberikan merdeka belajar dalam upaya pembelajaran yang bermakna.